Nama eFishery mungkin tidak asing lagi di telinga kita. Startup berbasis teknologi akuakultur ini adalah salah satu kebanggaan Indonesia yang berhasil menembus status unicorn. Fokusnya? Memberdayakan para pembudidaya ikan dan udang dengan solusi teknologi, mulai dari manajemen pakan hingga akses pembiayaan dan pasar. Namun, kejayaan itu kini dihantam badai. Berita tentang dugaan fraud membuat eFishery mendadak ramai diperbincangkan di media sosial dan industri startup Tanah Air.
Dua Pendiri Diberhentikan
Kabar mengejutkan datang ketika dua pendiri eFishery, Gibran Huzaifah (CEO) dan Chrisna Aditya (Chief Product Officer), resmi dibebastugaskan dari jabatan mereka. Langkah ini diambil setelah adanya penyelidikan internal terkait dugaan penyelewengan keuangan dan laporan kinerja perusahaan.
Tentu saja, berita ini menjadi pukulan berat bagi ekosistem startup Indonesia. Sebagai pemimpin yang telah membawa eFishery ke panggung global, keputusan pemberhentian ini membuat publik bertanya-tanya: Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar eFishery?
Langkah Penyelamatan Perusahaan
Tak ingin kehilangan kepercayaan dari para stakeholder, eFishery bergerak cepat. Adhy Wibisono ditunjuk sebagai CEO interim, sementara Albertus Sasmitra menduduki posisi CFO interim. Pergantian ini disetujui oleh para pemegang saham sebagai langkah untuk menjaga stabilitas perusahaan.
Sebagai unicorn yang telah mendapatkan dukungan pendanaan dari investor besar seperti Temasek Holdings, SoftBank, dan HSBC Indonesia, langkah pemulihan eFishery dinilai krusial. Pada Mei lalu saja, perusahaan berhasil mengamankan pendanaan sebesar US$30 juta dari HSBC Indonesia, sebuah suntikan dana untuk mendukung ekspansi bisnis mereka.
Namun, badai ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana eFishery akan menjaga kepercayaan para investor, mitra, dan pembudidaya ikan yang selama ini bergantung pada layanan mereka?
Tantangan Tata Kelola di Ekosistem Startup
Kasus eFishery ini bukanlah yang pertama di industri startup Indonesia. Sebelumnya, perusahaan seperti FishLog dan EdenFarm juga sempat diguncang isu serupa terkait masalah keuangan dan operasional. Fenomena ini menyoroti pentingnya tata kelola perusahaan (corporate governance) yang baik, terutama bagi startup yang tengah berkembang pesat.
Banyak yang berpendapat bahwa pertumbuhan cepat seringkali mengabaikan aspek transparansi dan akuntabilitas. Bagi eFishery, kasus ini menjadi momentum untuk berbenah. Dengan penyelidikan yang masih berlangsung, publik menanti jawaban pasti atas dugaan penyelewengan ini.
Masa Depan eFishery
Di tengah badai ini, eFishery tetap berkomitmen untuk menjaga standar etika tertinggi dalam operasional mereka. Langkah-langkah pemulihan yang telah diambil diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan dari para pemangku kepentingan.
Namun, pertanyaannya kini bergeser: Apakah eFishery mampu keluar dari pusaran masalah ini? Akankah perusahaan yang digadang-gadang menjadi pionir di sektor akuakultur ini mampu kembali berdiri tegak dan menginspirasi industri startup Indonesia?
Hanya waktu yang bisa menjawab. Satu yang pasti, perjalanan eFishery kini menjadi pelajaran penting bagi startup lainnya: pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan harus diiringi dengan tata kelola yang sehat dan transparan.